Inspirasinews – Medan, Pemerintah Kota (Pemkot) Medan bahas penerapan sumur laluan (Ground Water Recharge) sebagai solusi mengatasi banjir di Kota Medan. Sebab, banjir Kota Medan masih menjadi persoalan yang belum tuntas.
Pemkot Medan bahas penerapan sumur laluan itu terungkap dalam rapat yang digelar Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) Kota Medan di Balai Kota, Jumat (7/11/25).
Rapat di pimpin Wali Kota Medan, Rico Tri Putra Bayu Waas, di hadiri Kepala Brida Benny Iskandar, Kepala Bappeda Ferry Ichsan, praktisi Sumur Laluan Awaluddin Thayeb, tenaga ahli kajian pemanfaatan Sumur Laluan Novrial, akademisi dari Fakultas Tekhnik UMSU, Randy Gunawan dan akademisi dari Fakultas Tekhnik UMA, Kuswandi.
Rico Waas menegaskan komitmennya untuk mencari solusi terbaik mengatasi genangan air di Kota Medan. Dia menekankan pentingnya riset, kolaborasi dan penerapan teknologi tepat, agar hasilnya benar-benar bermanfaat bagi masyarakat.
“Sebelum penerapan metode Sumur Laluan di lakukan, pentingnya riset dan kajian teknis. Artinya, setiap langkah harus mengedepankan keselamatan lingkungan dan efektivitas jangka Panjang,” kata Rico Waas.
Menurut Rico Waas, harus ada penelitian lebih lanjut. “Kita akan mencari langkah terbaik. Solusi yang benar-benar bisa diterapkan untuk mengatasi banjir di Kota Medan. Kalau memang bisa di lakukan dan tidak merusak lingkungan serta tanah, tentu bisa kita coba,” tegas Rico Waas.
Hal yang harus di perhatikan juga, kata Rico Waas, adalah fenomena alamiah Kota Medan memiliki beragam karakteristik wilayah. “Seperti di bagian selatan, wilayah Johor, genangan sering terjadi akibat curah hujan tinggi dan aliran air dari kawasan berbukit. Sedangkan di wilayah tengah dan utara, bentuk tanah menyerupai cekungan serta pengaruh pasang laut (rob) turut memperparah genangan. Kondisi ini harus jadi perhatian kita,” ungkapnya.
Selain itu, sebut Rico Waas, Kota Medan memiliki tiga aliran sungai utama, yakni Sungai Deli, Sungai Belawan dan Sungai Babura. “Ketiga sungai ini berperan besar terhadap sistem aliran air di kota ini. Ini juga tak boleh luput dari kajian. Jika debit air sungai meningkat dari selatan, otomatis wilayah tengah dan utara akan terdampak,” katanya.
Rico Waas juga mempertanyakan penerapan sumur laluan apakah bisa di lakukan di wilayah pesisir yang berdekatan dengan laut, karena air laut memiliki karakteristik berbeda. “Ini juga perlu dikaji,” katanya.
Rico Waas berharap, adanya kolaborasi antara pemerintah, akademisi dan praktisi untuk menemukan pola penanganan tepat. Dirinya juga membuka ruang diskusi dan penelitian lanjutan untuk menguji efektivitas sumur laluan di berbagai titik rawan genangan, sehingga menghasilkan langkah konkret guna mempercepat penanganan banjir dan menjaga keseimbangan ekosistem kota. (sat)

