Inspirasinews – Jakarta, Diabetes merupakan salah satu penyakit kronis yang umum diderita di Indonesia. Indonesia menduduki peringkat ke-7 penyandang diabetes terbanyak di dunia dengan jumlah 10,7 juta. Angka ini diperkirakan akan meningkat pada tahun 2045 menjadi 16,6 juta penyandang.
lndonesia menduduki peringkat ke-3 penyandang Toleransi Glukosa Terganggu atau Prediabetes terbanyak dengan jumlah 29.1 juta pada tahun 2019. Diperkirakan akan meningkat menjadi 35,7 juta pada tahun 2045, yang mengindikasikan semakin tingginya paparan risiko diabetes di Indonesia, khususnya Diabetes Tipe 2.
“Kalau bangun tidur, gula darah dicek dan hasilnya kurang dari 100, itu aman. Kalau hasilnya seperti 110 atau 115, itu cek lebih lanjut. Karena memang belum gula tapi bakal calon diabetes,” ujar Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Endokrin Metabolik Diabetes, Prof. Dr. dr. Sidartawan Soegondo, Sp.PD-KEMD, FACE, di kawasan Sudirman, Jakarta.
Prof. Sidartawan menuturkan bahwa sebelum didiagnosa diabetes, seseorang akan mengalami prediabetes terlebih dahulu. Hal ini yang cenderung tak terdeteksi sehingga langkah pencegahan sudah terlambat dijalani.
“Prediabetes harus dilakukan tes toleransi glukosa. Diberikan glukosa 75gr, 2 jam kemudian cek gula darahnya. Kalau hasilnya antara 140 dan 199, maka ada gangguan toleransi glukosa dan bakal calon sakit gula,” tambahnya.
Ia menambahkan, seseorang disebut sebagai pengidap diabetes jika hasil tes gula darah sudah melebihi 200. Sementara, angka yang aman setelah cek gula darah adalah di bawah 100. Jika seseorang sudah dideteksi memiliki gangguan intoleransi glukosa, maka langkah selanjutnya adalah mencegah terjadinya penyakit diabetes.
“Kalau calon gula tidak dikasih healthy lifestyle, hampir pasti dia akan gula. Kelompok yang ada gangguan toleransi glukosa ini harus ubah lifestyle, mulai dengan pola makan yang dibatasi asupan gula,” jelasnya. (insp01/vnc)