Inspirasinews – Jakarta, Kalau bertemu teman lama dan ia tampak lebih langsing, tentu Anda memuji dengan nada pangling, “Wah, kamu kurusan. Apa rahasianya?” Jawaban pertanyaan ini biasanya tidak jauh dari mengatur pola makan dengan diet karbohidrat. Sering kali jawaban yang muncul, “Aku sudah sekian bulan tidak makan nasi.” Alasan tambahannya, dengan nada membuka rahasia, “Nasi putih itu jahat, lho. Dia bikin gula darah naik dan bikin gemuk.”
Seberapa sering Anda dengar
pernyataan ini?
Benarkah nasi putih itu jahat sehingga layak dihindari? Yang dihindari itu nasi
atau karbohidrat? Pertanyaan kritis lain yang seharusnya Anda suarakan,
benarkah karbohidrat musabab gemuk dan tidak penting? Karbohidrat salah satu
sumber gizi penting dalam makanan. Paling dibutuhkan anak di masa
tumbuh kembang. Salah satu fungsi mahapentingnya, menyokong kinerja otak.
Menghindari Nasi. Penting?
Dr. Pauline Endang, MS. SpoK merasa perlu mengoreksi pernyataan wanita zaman
sekarang, yang merasa sukses langsing dengan memerangi nasi maupun karbohidrat.
“Nasi sumber karbohidrat. Ia termasuk karbohidrat kompleks. Memang,
seratnya tidak terlalu banyak. Jadi kalau dibilang nasi jahat, tidak juga.
Tergantung bagaimana Anda mengonsumsinya,” Pauline menerangkan.
Kecuali, Anda penggemar nasi dan mengonsumsi nasi dalam jumlah banyak, tidak menyukai sayur. Jika orang menurunkan bobot dengan memerangi nasi, sebenarnya keliru. Penyebab berat badan cepat melonjak, gula sederhana seperti madu, gula pasir, mentega, dan kue yang kerap disebut gula-gula.
Nasi tak perlu dihindari. Pauline menyebut, nasi layak dihindari bagi penderita alergi nasi putih. Namun, kasus alergi nasi putih pun sangat langka. Boleh dibilang tidak ada. Bahkan, penderita diabetes sebenarnya tidak perlu menghindari nasi. Yang benar, penderita diabetes butuh menu bersifat “slow release” atau tidak gampang dicerna tubuh sehingga penyerapan sari makanan oleh tubuh berlangsung perlahan. Dengan demikian si pengudap diabetes tidak gampang lapar.
“Nasi dengan porsi sayur yang cukup banyak. Kasus yang kerap saya temui, penderita diabetes merasa bubur lebih baik daripada nasi putih. Buah segar ditepis, sebagai ganti menyantap jus. Itu salah. Bubur dan jus itu mudah diserap tubuh karena bentuk encer. Mereka lupa jus bukan sekadar jus tetapi di dalamnya sudah ditambah gula cair yang notabene tidak baik bagi kesehatan,” katanya.
Pasien sering bilang takut makan nasi, makanya melahap bubur. Memang benar, bubur menyimpan kalori lebih sedikit ketimbang nasi. Hanya, bentuk yang encer membuatnya mudah diserap tubuh. Penyerapan yang cepat membuat lapar datang lebih sering.
Indeks Glikemik. Apa Itu?
Selain itu, indeks glikemiknya tinggi. Indeks glikemik (glycemic index atau GI)
adalah ukuran kecepatan makanan diserap dan diubah menjadi gula darah. Artinya,
makin tinggi GI suatu makanan, makin cepat dampaknya terhadap kenaikan gula
darah. Cara menentukannya, kata Pauline, manusia diberikan porsi makanan
tunggal, kemudian gula darah mereka diukur setelah waktu tertentu.
Hasil pengukuran lalu dibandingkan dengan glukosa dan dinilai dalam angka. Glukosa murni memiliki GI 100. Menu lain diukur dengan parameter glukosa murni. Pauline menerangkan, GI pada nasi putih mencapai 60, artinya masuk kategori sedang. Jadi, tidak perlu ditakuti. Lagi pula, kebutuhan karbohidrat itu jauh lebih tinggi daripada protein. Ingat, karbohidrat adalah pembangkit energi.
“Kalau makan nasi sangat sedikit, sementara sayur dan dagingnya banyak, ini pun kurang bijak. Protein itu zat pembangun. Dibutuhkan manusia dalam jumlah 10-15 persen setiap hari. Sementara kita butuh karbohidrat dalam sehari 65 persen. Nah, agar karbohidrat tidak membahayakan, carilah sumber karbohidrat memiliki banyak serat,” sambung Pauline. Sumber karbohidrat macam-macam.
Masing-masing memiliki plus minusnya. Mau menyantap yang mana, silakan. Kebijakan Anda dalam menentukan porsi mutlak dibutuhkan. Pauline memaparkan beberapa sumber karbohidrat berikut plus minusnya untuk Anda. Semoga bermanfaat.
- Kentang
“Minusnya, memiliki indeks glikemik tinggi. Nasi 100 gram, angka kalorinya akan sama dengan kentang 200 gram. Sisi baiknya, kadar kalori kentang lebih kecil daripada nasi. Negatifnya, nilai seratnya rendah sehingga lebih cepat diserap tubuh menjadi gula,” urai dokter dari Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta ini. - Nasi
Menurut penelitian, 100 gram nasi nilai kalorinya sekitar 175 kalori. Cukup tinggi memang, meski GI-nya tidak terlalu mengkhawatirkan. Sisi baiknya, sumber karbohidrat yang ini paling mudah dikombinasikan dengan menu lain seperti sayur, lauk pauk, ikan, maupun daging. - Tepung
dalam mi atau roti
Makanan alternatif pengganti nasi yang sangat lentur dari sisi teknik penyajian. Patut dicamkan, kalorinya lebih tinggi ketimbang nasi. Sisi negatifnya, ketika disajikan, lebih banyak porsi mi ketimbang sayurnya. Padahal, menurut Pauline, sayur perlu diperbanyak. - Umbi-umbian
Sisi baiknya, sebagai sumber karbohidrat ini paling mudah dibuat variasi makanan maupun camilan. Sisi negatifnya, “Kadar proteinnya hampir tak ada. Bisa dibilang umbi-umbian itu 100 persen karbohidrat. Sementara nasi putih, selain karbohidrat, ia juga punya protein, mineral, dan zat penting lain,” ujarnya. - Havermouth
Havermouth itu biji-bijian. Daya seratnya paling tinggi. Ia dianggap penyelamat manusia dari ancaman lonjakan kadar gula. Sahabat karib penderita diabetes. Tetapi bagi mereka yang punya potensi asam urat, biji-bijian merangsang potensi itu untuk muncul. (insp01/auc)