Inspirasinews – Jakarta, Kita mungkin sudah sering mendengar ungkapan manis yang sama soal menjadi seorang ibu. Menjadi ibu adalah profesi mulia, baik di keluarga maupun di mata masyarakat.
Namun, fakta di lapangan berbicara lain. Selain masih banyaknya ibu yang belum sejahtera secara fisik, mental, emosional, dan terutama finansial, angka kematian ibu di Indonesia ternyata masih tinggi.
Definisi Kematian Ibu Menurut WHO
Kecuali kecelakaan atau cedera, kematian ibu menurut WHO adalah kematian yang terjadi saat kehamilan atau masa 42 hari sesudah kelahiran bayi. Ini juga termasuk kematian akibat penanganan kesehatan yang salah, baik selama kehamilan maupun saat kelahiran bayi hingga sesudahnya.
Statistik AKI (Angka Kematian Ibu) di Indonesia
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada 2012 juga menunjukkan bahwa angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi, yaitu 359 per 100.000 kelahiran. Target global MDGs (Millennium Development Goals) saat itu adalah menurunkan angka menjadi 102 per 100.000 kelahiran. Tentu saja, untuk mencapai target tersebut butuh kerja keras semua pihak.
Pada 2015, menurut laporan data Kementerian Kesehatan, angka kematian ibu di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu 4.999 kasus. Setahun kemudian (2016), jumlahnya menurun menjadi 4.912 kasus.
Pada 2017, jumlah kasus kematian ibu di Indonesia menurun lebih tajam lagi, yaitu 1.712 kasus. Namun, sayangnya angka ini masih terbilang tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara lainnya di kawasan Asia Tenggara.
Menurut Detty S. Nurdiati, Pakar Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan, rata-rata negara ASEAN lain sudah berhasil menekan AKI hingga 40-60 per 100.000 kelahiran. Melalui SUPAS (Survei Penduduk Antar Sensus) 2015, Indonesia masih berada di urutan 305 per 100.000 kelahiran. Padahal, AKI merupakan salah satu petunjuk mengenai sejahtera atau tidaknya suatu bangsa atau negara.
Faktor-faktor Penyebab Kematian pada Ibu
Bila melihat kota-kota besar di Indonesia, misalnya di DKI Jakarta, faktor langsung penyebab kematian pada ibu adalah perdarahan. Beberapa penyakit yang rentan merenggut ibu, misalnya penyakit jantung, hipertensi, dan perdarahan, juga menjadi faktor lainnya. Namun, setiap provinsi punya penyebab yang mungkin berbeda-beda.
Ada pula beberapa faktor tidak langsung yang menyumbang AKI, seperti pernikahan dini, telat mendapatkan rujukan dan perawatan, hingga rendahnya tingkat pengetahuan maupun kepedulian mengenai kesehatan reproduksi ibu. Ini juga terkait dengan tingkat sosial, level pendidikan, hingga pengaruh budaya yang berlaku di masyarakat.
Masih menurut Detty, kehamilan akan lebih aman dijalani jika wanita sudah berusia di atas 20 tahun. Namun mengingat masih banyak wanita yang terpaksa menikah dini (terutama di daerah pedesaan), sebaiknya kandungan dijaga agar jangan sampai terjadi komplikasi.
Lalu, bagaimana bila sudah terjadi komplikasi? Yang pasti, jagalah agar komplikasi yang terjadi tidak bertambah parah. Kalau sudah parah, segeralah bawa ibu hamil ke klinik, puskesmas, atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan medis terbaik. Intinya, jangan sampai ibu meninggal.
Cara Menanggulangi Kematian pada Ibu
Meskipun perjalanan masih panjang, banyak cara untuk menekan AKI . Yang sudah dilakukan adalah menyelenggarakan “Winter Course 2019”, yang diinisiasi oleh Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) dan Sekolah Vokasi Prodi Kebidanan UMG pada awal 2019 ini. Tepatnya, tanggal 7 hingga 18 Januari.
Selain itu, usaha langsung dari masyarakat juga sangat diperlukan. Mulailah dari memprioritaskan kesehatan ibu hamil. Selain itu, usahakan tidak menikahkan anak perempuan di usia yang terlalu dini. (insp01/gsc)