Inspirasinews – Jakarta, Perkembangan teknologi yang begitu pesat memunculkan problematika tersendiri di tengah masyarakat Indonesia. Ya, meski memberikan dampak positif bagi keberlangsungan hidup masyarakat, produk-produk teknologi terkini seperti media sosial dan gadget, dinilai juga menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan mental penggunanya.
Namun hingga saat ini, persoalan tersebut belum menjadi prioritas utama pemerintah Indonesia. Padahal, menurut hasil penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tahun 2020 isu kesehatan mental akan menelan korban lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Hasil penelitian itu didukung oleh sejumlah data yang menyebutkan bahwa, 70% generasi saat ini diklaim telah keranjingan bermain media sosial dengan durasi waktu lebih dari 4 jam sehari. Bahkan, 21% pengguna media sosial bisa menghabiskan waktu lebih dari 6 jam sehari.
Menilik data tersebut, bisa dikatakan bahwa sebagian besar waktu mereka hanya dihabiskan untuk memandangi layar gadget mereka dan bermain sosial.
Ironisnya, beberapa platform media sosial seperti Instagram digadang-gadang menjadi salah satu faktor utama terjadinya masalah kesehatan mental.
“Instagram itu memberikan dampak mental dan health yang sangat berpengaruh. Sekarang apa-apa harus upload ke instagram. Ini sangat berpengaruh pada kondisi mental atau psikologi seseorang,” tutur Glenn Ranti selaku Head of Marketing Communication Permata Bank, dalam konrerensi pers Wealth Wisdom 2019, di bilangan SCBD, Jakarta Selatan.
Lebih lanjut, Glenn menjelaskan, dampak lain dari keranjingan media sosial juga berpengaruh pada kondisi finansial seseorang. Lima dari sepuluh orang diklaim tidak memiliki pemasukkan yang cukup untuk mengikuti gaya hidup masa kini.
Seperti diketahui, Instagram merupakan salah satu platform media sosial dengan berbagai jenis konten yang dapat meningkatkan hasrat seseorang untuk mengikutinya. Fenomena street wear dan berlibur di tempat-tempat instagramable adalah satu dari sekian banyak tren yang digandrungi saat ini.
“Social giving mereka juga menurun. Biasanya mereka selalu berasumsi untuk memenuhi kebutuhan sendiri saja tidak cukup, apalagi menbantu orang lain. Padahal, membantu panti asuhan itu termasuk healing, ada dampak happinessnya juga,” tukas Glenn.
Investasi jaman sekarang itu mengalami pergeseran jadi traveling atau liburan. Anak-anak milenial banyak yang mengukur kegiatan ini sebagai investasi. Mereka rela liburan ke tempa instagramable hanya untuk upload di instagram,” jelas Glenn.
Selain masalah finansial, media sosial juga dapat menghancurkan hubungan seseorang dengan keluarga maupun orang-orang sekitarnya. Contoh sederhana adalah momen makan malam bersama keluarga.
Ternyata masih banyak orang yang terpaku pada gadget mereka, dibanding berbincang atau bonding bersama keluarga mereka. (Insp01/okz)