Inspirasinews – Medan, Asisten Perekonomian dan Pembangunan (Ekbang) Sekretariat Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara (Sumut), Agus Tripriyono, mengatakan stok beras di Sumut surplus sampai saat ini.
Asisten Ekbang Sekretariat Pemprov Sumut, Agus Tripriyono, mengatakan stok beras di Sumut surplus sampai saat ini usai Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi Daerah di Kantor Gubernur Sumut, Jalan Diponegoro Nomor 30 Medan, Senin (18/9/2023).
Rakor di pimpin Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setdaprov Sumut, Agus Tripriyono. Hadir saat itu Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumut IGP Wira Kusuma, Kepala Bulog Sumut Arif Mandu, Ketua KPPU Kanwil I Ridho Pamungkas, Staf Ahli Gubernur Bidang Hukum, Politik dan Pemerintahan Muhammad Armand Effendy Pohan, Kadis Ketapang dan Hortikultura Rajali, Kadis Perindustrian, Perdagangan, ESDM Mulyadi Simatupang dan unsur Forkopimda serta OPD terkait lainnya.
Berdasarkan data BPS tahun 2022, sebut Agus, ketersediaan beras di Sumut mencukupi hingga akhir tahun 2023. Sebab, konsumsi beras Sumut sebesar 155.517 ton/bulan, sedangkan produksinya sekitar 206.552 ton/per bulan.
Bahkan, kata Agus, laporan Dinas Ketahanan Pangan Sumut bulan Agustus stok beras surplus 321.546 ton. “Kalau stok kita aman. Belum lagi stoknya Bulog mencapai 45.377 ton dan mereka sudah mengajukan penambahan. Dampak el Nino di kita masih moderat, ada dugaan ini sentimen karena el Nino, perang Rusia-Ukraina, India yang menghentikan ekspor beras, ini di manfaatkan spekulan,” jelas Agus.
Sementara Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumut, IGP Wira Kusuma, mengatakan beras memberikan andil besar untuk inflasi di lima kota Indeks Harga Konsumen (IHK) Sumut. Beras selalu berada di tiga besar penyumbang inflasi di IHK (Medan, Padangsidimpuan, Sibolga, Gunungsitoli dan Pematangsiantar). “Jadi, itu perlu menjadi perhatian kita semua,” kata Wira.
Berbeda dengan historisnya yang relatif flat, sebut Wira, pengaruh dari sentimen juga berperan. “Misalnya el Nino yang memberikan risiko secara nasional dan negara eksportir beras juga membatasi ekspornya. Itu menyebabkan harga meningkat dan membentuk sentimen. Kita harus antisipasi hal tersebut,” kata Wira. (sat)