Sumut

Pemprovsu Tertarik Uji Coba Sistem Pertanian Presisi

Spread the love

Inspirasinews – Medan, Gubernur Sumatera Utara (Gubsu), Edy Rahmayadi, tertarik untuk melakukan uji coba sistem pertanian presisi (Precision Agriculture) dari perusahaan Lead Tech International (LTI) dalam upaya meningkatkan produksi pertanian di Sumut.

“Salah satu visi kami adalah pertanian. Ini yang harus kita galakkan, inovasi dan kreativitas. Kita akan uji coba dulu,” kata Gubsu pada rapat dengan PT Buana Selaras Investment dan pihak terkait mengenai sistem pertanian presisi di Aula Tengku Rizal Nurdin, Rumah Dinas Gubernur, Jalan Jenderal Sudirman Nomor 41 Medan, Rabu (19/5/2021).

Kondisi produksi pertanian di Sumut, papar Gubsu, untuk komoditas seperti cabai merah, beras dan cabai rawit surplus, sementara produksi bawang merah baru mampu memenuhi sekitar 60,07% kebutuhan masyarakat dan bawang putih 5,1%. “Kondisi tersebut perlu dibenahi, sehingga seluruh komoditas pertanian kita bisa surplus,” ujar Gubsu.

Jika seluruh komoditas pertanian Sumut surplus, kata Gubsu, maka bisa mencukupi kebutuhan Pulau Sumatera dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sumut juga meningkat. “Jadi, teknologi pertanian itu dapat meningkatkan produksi pertanian di Sumut,” katanya.

Senada dengan itunWakil Gubernur Sumut, Musa Rajekshah, juga tertarik dengan penggunaan sistem tersebut. Selain efisiensi modal pertanian, hasilnya juga maksimal. “Jika sistem ini di gunakan, akan dapat mensejahterakan masyarakat Sumut,” katanya.

Sebelumnya Direktur Utama PT Buwana Selaras Investment, Wijayanto, selaku pemegang lisensi sistem LTI memaparkan berbagai keunggulan sistem tersebut, di antaranya produktivitas tanaman pertanian jauh lebih tinggi di banding metode lain.

Ia mencontohkan, untuk tanaman jagung dalam satu hektar lahan bisa menghasilkan 27 ton/ha. “Berbeda dengan metode konvensional yang hanya mampu menghasilkan 9 ton/ha,” katanya.

Sistem LTI, sebut Wijayanto, menggunakan protokol tanaman padat, di mana sumber daya yang di gunakan seperti air akan lebih hemat serta siklus pertumbuhan bisa lebih singkat. “Jagung bisa dipanen dalam rentang waktu 2,5 bulan beda dengan metode konvensional yang panen dalam 3 sampai 4 bulan,” jelas Wijayanto.

Di ketahui, pertanian presisi (precision agriculture) merupakan sistem pertanian modern yang mengaplikasikan penggunaan sensor di lahan pertanian dan penyediaan ruang kontrol (control room). Dengan teknologi ini memungkinkan untuk memantau kebutuhan dan pertumbuhan tanaman secara terukur dan otomatis.

Teknologi ini diklaim akan meningkatkan produktivitas tanaman hingga 300%, menghemat konsumsi air hingga 50% serta menghemat pupuk sampai 70% jika di bandingkan dengan metode konvensional. Sistem ini juga dapat di terapkan pada semua jenis lahan, cuaca dan semua dataran. (insp01)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *