Inspirasinews – Medan, Provinsi Sumatera Utara (Sumut) catat surplus beras dan cabai merah sepanjang tahun 2025. Kelebihan produksi dua komoditas utama tersebut diyakini dapat menekan harga di pasaran dan membantu mengendalikan laju inflasi daerah.
Sumut catat surplus beras dan cabai merah itu disampaikan Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan dan Hortikultura, Yusfahri Perangin-angin, kepada wartawan di Kantor Gubernur Sumut, Jalan Pangeran Diponegoro Nomor 30 Medan, Selasa (7/10/2025).
Berdasarkan data Dinas Ketapang dan Hortikultura Sumut, sebut Yusfahri, sepanjang Januari hingga September 2025, produksi gabah kering giling (GKG) mencapai 2,7 juta ton.
Setelah dikonversi, jumlah itu setara dengan 1,7 juta ton beras. Sementara kebutuhan konsumsi masyarakat Sumut yang berpenduduk sekitar 15 juta jiwa hanya sekitar 1,2 juta ton per tahun, sehingga masih terdapat surplus.
“Pada Oktober ini produksi GKG mencapai 278 ribu ton. Kalau dikonversi ke beras, maka produksinya 145 ribu ton. Kebutuhan konsumsi beras untuk 15 juta penduduk Sumut diperkirakan mencapai 145,5 ribu ton. Artinya, ada surplus 100.000 ton untuk bulan ini,” ucapnya.
Selain beras, kata Yusfahri, Sumut juga mengalami surplus pada komoditas cabai merah. Sepanjang Januari–September 2025, produksi cabai merah mencapai 183 ribu ton, sementara kebutuhan masyarakat hanya sekitar 91 ribu ton. Rata-rata konsumsi cabai merah masyarakat Sumut diperkirakan 4–5 kg per kapita per tahun.
“Sumut memiliki banyak daerah sentra produksi cabai merah seperti Kabupaten Karo, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Batubara, Dairi, dan Simalungun. Jadi secara produksi, kita sebenarnya surplus,” ujar Yusfahri.
Untuk menjaga stabilitas harga pangan di tengah panen tidak merata, sambung Yusfahri, Pemprov Sumut melalui OPD terkait berkolaborasi dengan Perum Bulog Kanwil Sumut menggelar Gerakan Pasar Murah dan Gerakan Pangan Murah (GPM).
Kadis Perindag ESDM Sumut, Fitra Kurnia, menyampaikan Pemprov Sumut telah menyalurkan 147.750 ton beras SPHP kepada masyarakat melalui kegiatan Pasar dan Pangan Murah yang berlangsung pada 25 Agustus hingga 12 September 2025. “Tujuannya untuk menjaga stabilitas harga pangan sekaligus meningkatkan daya beli masyarakat,” ujarnya.
Kepala Biro Perekonomian Setdaprov Sumut, Poppy Marulita Hutagalung, menyampaikan mekanisme pasar menentukan harga komoditas seperti cabai merah. Sebagian pasokan cabai merah asal Sumut dipasarkan ke daerah lain seperti Riau, Sumatera Barat, bahkan Aceh.
Untuk itu, Pemprov Sumut melakukan kerja sama antar daerah dalam hal pembelian dan pendistribusian cabai merah, baik ke dalam dan keluar provinsi. “Pemprov Sumut juga segera melakukan pemangkasan rantai distribusi yang dianggap terlalu panjang,” ujarnya.
Sementara Pimpinan Wilayah Perum Bulog Sumut, Budi Cahyanto, menjelaskan bahwa panen padi dan cabai yang tidak merata serta gangguan hama sempat memicu kelangkaan pasokan di sejumlah daerah. Namun, pihaknya memprediksi pasokan akan kembali stabil menjelang akhir Oktober saat musim panen tiba.
“Biasanya di akhir tahun terjadi peningkatan permintaan karena adanya berbagai perayaan hari besar. Meski begitu, Bulog tetap berkomitmen mendistribusikan bantuan beras ke seluruh wilayah Sumut,” ungkap Budi. (sat)