Inspirasinews – Berastagi, Satuan Kerja Khusus (SKK) Minyak dan Gas Bumi (Migas) dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Sumatera Utara (Sumut) komit jaga kelestarian lingkungan.
SKK Migas dan KKKS Sumut komit jaga kelestarian lingkungan itu di tandai dengan melakukan penanaman pohon di Kabupaten Karo, Sabtu (26/8/2023). Penanaman pohon di lakukan bersama wartawan sebagai rangkaian acara Media Gathering SKK Migas dan KKKS Sumut 2023.
Media Ralations EMP Hanshardi bersama Senior Geologist EMP Departemen Formalitas dan Komunikasi SKK Migas Sumbagut Fawaid Darsiah, mewakili Pertamina Jr Officer Comunication Relation dan CID Pertamina Hulu Rokan Zona I Nurseno Dwi Putranto serta wartawan masing-masing menanam 2 batang pohon.
“Penanaman pohon sudah merupakan suatu bukti SKK Migas dan KKKS komit menjaga kelestarian lingkungan. Ini akan kita lakukan sepanjang tahun 2023,” ujar Hanshardi.
Untuk tahun 2023, sebut Hanshardi, SKK Migas menargetkan penanaman 2 juta pohon di seluruh Indonesia. “Langkah menanam pohon tersebut, termasuk dari 6 strategi Hulu Migas mengurangi gas emisi. Karena dalam setiap kegiatan eksplorasi maupun eksploitasi migas tidak terlepas dari emisi karbon,” katanya.
Sebelumnya, Hanshardi, mengajak media dapat menyajikan pemberitaan yang edukasi dan bersinergi. “Kita berharap dapat bersinergi dan kolaborasi bersama media di Sumut dalam mendukung 1 juta barel dan 12 BSCFD di tahun 2030,” harap Hanshardi.
Hanshardi juga berharap, media gathering dapat membangkitkan kerja sama antara media dengan SKK Migas. “Semoga tahapan ini dalam pengembangan kerja sama ke depan, sehingga program SKK Migas dapat mencapai target,” harapnya.
Sementara Departemen Formalitas dan Komunikasi SKK Migas Sumbagut, Fawaid Darsiah, menjelaskan perbedaan SKK Migas dengan BPH Migas. SKK Migas, kata Fawaid, adalah mencari dan produksi Migas dari hulu, sementara BPH Migas adalah produksi Migas di hilir.
“Tugas kita adalah memproduksi Migas dari hulu. Maksudnya, kita mencari kandungan migas, lalu kita lakukan ekplorasi dan ekploitasi dengan membuat sumur-sumur minyak. Hasil yang kita dapatkan, kita serahkan ke tempat serah terima, lalu diserahkan ke BPH Migas. Nah, di BPH Migas-lah, minyak itu diolah mau di jadikan apa serta penentuan harga. Apakah di jadikan Pertamax atau Pertalite,” jelasnya. (sat)