Inspirasinews – Medan, DPRD Medan ‘bidani’ Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) Penyelenggaraan Pendidikan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan (Wasbang). Hal ini di karenakan banyaknya kasus bullying serta tergerusnya nilai-nilai maupun norma dalam kehidupan sehari hari.
DPRD Medan ‘bidani’ Ranperda Penyelenggaraan Pendidikan Pancasila dan Wasbang itu disampaikan Ketua Badan Pembentukan Peraturan Daerah (Bapemperda) DPRD Kota Medan, Afif Abdillah, kepada wartawan di Medan, Senin (20/10/2025).
Pengusulan Ranperda ini, kata Afif, di dasari atas luar biasanya gempuran media sosial saat ini. “Saya lihat dan dapati, saat ini banyak terjadi bullying. Padahal, di sila kedua dari Pancasila menyebutkan, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Seharusnya, arti dari butir-butir dari sila tersebut kita jiwai, namun kenyataannya tidak. Padahal, setiap sila dalam Pancasila itu memiliki nilai dan butir-butir luar biasa jika kita mau mempedomaninya,” jelas Afif.
Pancasila, sebut Afif, tidak hanya sebagai retorika. Namun, harus di jiwai dan di dalami secara benar. “Misalnya, sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa. Artinya, kita harus mengikuti agama, batasan-batasan dalam agama dan bagaimana memperlakukan orang sesuai dengan agama kita,” katanya.
Sila kedua, sebut Afif, Kemanusiaan yang adil dan Beradab. “Kita harus memiliki adab kepada siapapun, adil, tidak memandang sebelah mata kepada orang-orang tidak sependapat atau sepemahaman dengan kita. Tidak boleh menghina apabila ada yang tidak sependapat dengan kita,” ujarnya.
Hal-hal seperti ini, sambung Afif, sudah luntur sekarang ini. “Seperti di media sosial hari ini, para netizen sangat mudah menjudge orang. Jadi, sangat penting Ranperda ini ada,” tegas Afif.
Kalau sila ketiga, keempat dan kelima, lanjut Afif, apapun yang di lakukan jangan sampai menghilangkan persatuan dan kesatuan sebagai bagian dari bangsa Indonesia. “Hal ini sudah hilang dan gampang di pecah belah,” ujarnya.
Lunturnya nilai ke Pancasilaan dalam diri anak kekinian, menurut Afif, salah satunya karena tidak benar-benar memaknai butir dari Pancasila itu sendiri. “Di butuhkan figur dapat menjadi contoh. Ironisnya, sosial media hari ini juga tidak mendukung figur-figur yang menjadi contoh untuk membuat hal-hal yang baik. Jika hal-hal baik terus di lakukan, otomatis bisa memiliki algoritma bagus. Kita harus melakukan sosialisasi di luar dari sosial media, sehingga kita butuh Perda ini,” tegas Afif.
Terait Wawasan Kebangsaan (Wasbang), tambah Afif, tidak hanya di targetkan kepada orang-orang yang dianggap sudah mengerti, tetapi untuk semua seperti anak sekolah.
“Bahkan, orang tua juga masih banyak belum mengerti arti dari Pancasila itu seperti apa, kebangsaan kita seperti apa. Sejarah kita luar biasa, bersatunya berbagai suku dari 33 provinsi, ratusan jenis dari masyarakat bisa bersatu dalam bingkai Indonesia. Ini suatu keajaiban,” pungkasnya. (sat)