Sumut

Pemprov Sumut Tanam 10 Ribu Bibit Mangrove di Langkat

Spread the love

Inspirasinews – Langkat, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara (Sumut) melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan tanam 10 ribu bibit mangrove di kawasan wisata mangrove Lubuk Kertang, Kabupaten Langkat, Kamis (12/10/2023).

Pemprov Sumut tanam 10 ribu bibit mangrove di Langkat itu di lakukan oleh Pj Gubernur Sumut Hassanudin bersama Ketua DPRD Sumut Baskami Ginting dan Plt Bupati Langkat Syah Afandin.

Hassanudin mengatakan, penanaman ini merupakan salah satu langkah untuk memulihkan hutan mangrove dan tidak bisa di lakukan dengan jalan pintas. Perlu penyelesaian masalah sosial dan ekonomi, sehingga masyarakat setempat ikut melestarikan mangrove.

“Ini bukan short cut, ini cuma salah satu langkah karena mangrove butuh waktu lama untuk besar, padahal kita sangat butuh mangrove, melindungi dari intrusi air laut, tempat kembang biak ikan dan sekarang perdagangan karbon dan kita punya hutan mangrove terluas ketiga di Indonesia,” kata Hassanudin.

Sementara Kepala Dinas LHK Sumut, Yuliani Siregar, mengatakan kerusakan hutan mangrove Lubuk Kertang karena pemangkasan habis mangrove di kawasan ini. Padahal, menurut Yuliani, Lubuk Kertang dengan luas hutan mangrove sekitar 500 Ha salah satu primadona objek wisata di Langkat.

“Sebelum Covid ini menjadi tempat wisata yang diminati, tetapi saat Covid menurun drastis dan penghasilan sebagian masyarakat juga terganggu, jadi sebagian masyarakat mulai mengeksploitasi mangrove, sayangnya itu dipangkas habis, padahal ada tata cara kita menebang mangrove,” kata Yuliani.

Yuliani mengatakan, Pemprov Sumut akan bekerja sama dengan Badan Restorasi Mangrove dan Gambut (BRMG) memulihkan kawasan mangrove, termasuk aspek sosial dan ekonomi.

“Kita akan kerja sama dengan BRMG dan semua stakehholder, kita juga libatkan anak-anak muda agar kecintaan mereka pada mangrove tumbuh, karena mereka yang kita harapkan bisa melestarikan ini,” kata Yuliani.

Sedangkan Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat BRGM, Gatot Subiantoro, menjelasakan selain aspek sosial dan ekonomi, dampak kerusakan lingkungan juga sangat penting diperhatikan. Setiap tahunnya, daratan Sumut terkena intrusi air laut sekitar 14 meter per hektare dan untuk memperbaikinya butuh sekitar Rp5 juta – Rp 6 juta/meter.

“Kalau terkena intrusi harus dibenahi agar tidak merusak perkebunan, pemukiman, di Labuhanbatu ada masyarakat yang harus merelakan sebagian kebun sawitnya untuk jadi hutan mangrove, ada lagi kebun kelapa yang rusak dan jumlahnya ribuan,” kata Gatot. (sat)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *