Inspirasinews – Medan, Puskesmas dan tenaga kesehatan (Nakes) garda terdepan deteksi dini kanker. Puskesmas dan Nakes di desa juga di harapkan mengedukasi masyarakat mengenai kanker.
Puskesmas dan Nakes garda terdepan deteksi dini kanker itu disampaikan Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Sumut, Nawal Lubis, pada seminar ‘Distribusi dan Karakteristik Kanker di Sumut serta Deteksi Dini Kanker Kepala, Leher dan Mulut’ di Aula Tengku Rizal Nurdin, Rumah Dinas Gubernur, Jalan Sudirman Nomor 41 Medan, Senin (31/7/2023).
Berdasarkan data dari berbagai rumah sakit di Sumut, sebut Nawal, jumlah penderita kanker Sumut mencapai 3.206 orang. “Jumlah sebesar itu hanya yang terdata. Masih ada lagi penderita kanker yang tidak terdata, karena tidak dirawat di rumah sakit atau tidak memeriksakan dirinya. Inilah tugas para garda terdepan tadi, mengedukasi masyarakat agar mau diperiksa,” kata Nawal.
Nawal juga menyebut, banyak penderita kanker yang tidak menyadari penyakitnya, sehingga mereka mengobati penyakit dengan pengobatan yang tidak sesuai. Akhirnya, saat sudah stadium akhir barulah pasien berobat.
“Jika sudah stadium akhir, pengobatan terasa berat sekali, mahal, dan sakit sekali, maka garda terdepan tadi mestilah mendeteksi pasien secara dini, sehingga pas masih staidum awal bisa langsung diobati,” ujar Nawal.
Dari 3.206 total penderita kanker di Sumut, papar Nawal, kanker payudara merupakan yang terbanyak, yakni sebesar 393 orang. Disusul leukimia 313 orang, kanker paru 293 orang, kanker kelenjar getah bening 238 orang dan seterusnya.
Senada dengan itu Kepala Dinas Kesehatan Sumut, Alwi Mujahit, mengatakan Puskesmas sebagai garda terdepan mendeteksi dini kanker di tengah masyarakat. Menurutnya, angka kanker terus meningkat setiap tahun, maka diperlukan gerakan deteksi dini mulai dari Puskesmas.
Alwi menjelaskan, berbagai kemudahan pengobatan apabila kanker ditemukan saat kasih staidum awal. Pertama, kanker stadium awal masih bisa dituntaskan. Kedua, pengobatan kanker stadium awal masih murah dan tidak banyak mengeluarkan biaya besar. Jika seseorang sudah menderita kanker stadium akhir, biaya pengobatan pun semakin mahal.
“Ketiga, pasien kanker stadium awal tingkat kesakitannya masih bisa diminimalisir,” ujar Alwi.
Sementara Ketua Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia Sumut, Deny Rifsal Siregar, mengatakan banyak pasien kanker yang terlambat mendapat pengobatan. Ia sering menerima pasien kanker yang baru datang saat sudah mengidap stadium akhir. Diharapkan seminar tersebut dapat memberikan ilmu baru pada tenaga kesehatan Puskesmas yang menjadi peserta.
“Di harapkan seminar ini dapat memberikan edukasi untuk meningkatkan kesadaran untuk mengetahui risiko kanker, sehingga kami berharap bisa menurunkan angka kejadian,” kata Deny. (sat)