Sumut Umum

Madina Titik Nol Lahirnya NU di Sumut

Spread the love

Inspirasinews – Madina, Madina (Mandailing Natal) titik nol lahirnya NU (Nahdlatul Ulama) di Sumut (Sumatera Utara). Madina titik nol lahirnya NU di Sumut itu disampaikan Wakil Gubernur Sumut, Musa Rajekshah (Ijeck), pada laporannya selaku Ketua Panitia Tasyakuran 1 Abad NU di Pondok Pesantren Musthafawiyah (Pesantren Purba Baru), Kamis (18/5/2023).

Ijeck melaporkan, pelaksanaan Tasyakuran 1 Abad NU di Pondok Pesantren Musthafawiyah sesuai dengan permintaan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya).

“Saat Ketua PWNU Sumut Bapak Marahalim menyampaikan rencana acara ini, Gus Yahya merespons positif dan meminta agar pelaksanaannya dibuat di Pesantren Musthafawiyah,” kata Ijeck.

Kemudian, sebut Ijeck, pihaknya menerima saran tersebut dengan antusias. Mengingat, sejarah lahirnya NU pertama kali di Sumut berasal dari Madina, dicetuskan oleh Syeikh Musthafa bin Husein bin Umar Nasution Al-Mandaily yang juga pendiri Ponpes Musthafawiyah.

“Jadi Madina merupakan titik nol lahirnya NU di Sumut. Kami berterima kasih kepada Gus Yahya mengingat sejarah NU datang ke Sumut adalah dari orang tua kita Almarhum KH Mustafa Husein. Semoga acara ini dapat memperkuat silaturahmi kita sesama warga dan kader NU di Sumatera Utara,” ujar Ijeck.

Ijeck juga melaporkan, berbagai rangkaian kegiatan telah di laksanakan mengisi Tasyakuran 1 Abad NU ini, mulai dari seminar nasional, halaqoh sejarah perjuangan NU di Sumut, lomba syubbanul wathon dan sholawat, Istighosah Kubro, Doa Bersama hingga Ziarah Kubro.

Pada acara puncak juga dilaksanakan Pelantikan Pengurus PWNU Sumut dan Pelantikan Alumni Keluarga Besar Abituren Musthafawiyah (Kamus) Indonesia.

Ungkap, Ijeck, itu di benarkan Gus Yahya. Dia menyampaikan, Madina menjadi titik nol berdirinya NU di Sumut. “Di Mandailing Natal inilah titik nol Nahdlatul Ulama di Sumatera Utara. Itu sebabnya saya sengaja secara khusus minta kepada Ketua Marahalim untuk menyelenggarakan upacara pelantikan pengurus di Pesantren Musthafawiyah ini. Dahulu pada tahun 1945, pemimpin pondok pesantren ini menjadi salah satu pelopor hadirnya NU di Sumut,” ungkap Gus Yahya.

Saat ini, sebut Gus Yahya, NU telah memasuki abad kedua. Dia mengingatkan, seluruh kader untuk terus serius dalam menjadikn NU digdaya dan mampu berhikmat untuk rakyat. 

“Kita tidak boleh menyia-nyiakan momentum besar di mana sumber daya Nahdlatul Ulama yang semakin meraksasa, kita konsolidasikan dengan sungguh-sungguh untuk menjadikan Nahdlatul Ulama ini digdayah dan mampu berhikmat kepada seluruh rakyat Indonesia,” harapnya.

Kepada pengurus PWNU Sumut yang baru dilantik, Gus Yahya, mengingatkan untuk menomorsatukan ikhtiar agar seluruh masyarakat menerima faedah dari NU.

“PBNU saat ini sedang dengan keras melaksanakan suatu agenda jam’iyah, program organisasi yang disebut Gerakan Keluarga Maslahat NU, ini adalah cara NU untuk mendorong agar seluruh jajaran pengurusan sampai ke desa-desa secara serius memperhatikan apa yang jadi hajat masyarakat dan kemudian bekerja keras untuk memenuhinya,” ujarnya.

Hadir dalam acara itu Sekjend PBNU Saifullah Yusuf, Omak Zahara Hanum Lubis, Menteri BUMN Erick Thohir, Mudir Pondok Pesantren Mustafawiyah KH Mustafa Bakri Nasution, Ketua MUI Sumut Maratua Simanjuntak, Stafsus Wapres Arif Rahmasnyah Marbun, Kapolda Sumut Irjen RZ Panca Putra Simanjuntak, Bendahara PBNU sekaligus Bupati Deliserdang Ashari Tambunan, Kepala Kantor Wilayah Kementrian Agama Sumut Ahmad Qosbi, Wakil Ketua DPRD Sumut Harun Mustafa Nasution, Rektor UIN Sumut Prof Nurhayati. (sat)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *