Inspirasinews – Pakpak Bharat, Perwakilan PT. Petani Naik Kelas, John Ketaren, menyampaikan sejak tahun 2014 talas beneng menjadi komoditas ekspor.
“Sejak tahun 2014, komoditas ini sudah dibudidayakan di Jawa dan diekspor. Masuk ke Sumatera itu dua tahun terakhir. Selama ini, talas beneng dianggap gulma seakan-akan tidak berharga, tapi punya nilai ekonomi tinggi,” kata John.
Hal itu dikatakannya pada Penandatanganan Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) antara petani dengan PT. Petani Naik Kelas dan Koperasi Pemasaran Sumut Sejahtera di Desa Simberuna, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Pakpak Bharat, Senin (27/2/2023). Penandatanganan disaksikan Wakil Gubernur Sumut, Musa Rajekshah.
John mengatakan, pihaknya membeli hasil rajangan daun talas yang sudah berwarna kuning. “Kalau bapak-ibu mau produksi daun talas ini, pastikan warnanya kuning, karena itu yang akan kami tampung,” katanya.
Sebelum pada proses perajangan, jelas John, daun talas beneng diperam 3 sampai 4 hari, kemudian dirajang dan dijemur selama 2 jam di bawah matahari. “Sangat simpel. Yang mau nanam, tinggal mengelola lahannya saja, buyernya ada. Kita teken MoU. Jadi, kami tidak sekadar menyuruh tanam, tapi kami juga siap membeli,” ujarnya.
John mengaku, kebutuhan ekspor mencapai 10 sampai 20 ton per bulan. Sayangnya, lahan budidaya talas beneng di Pakpak Bharat baru mencapai 5 hektar.
“Kebutuhannya besar, tapi lahannya sangat kurang. Harapan kami, bisa ada lahan budidaya talas beneng di Pakpak Bharat 10 sampai 20 hektar. Semoga penandatanganan ini bisa menarik perhatian masyarakat dan komoditas talas beneng meningkat, sehingga petani juga bisa naik kelas,” katanya.
Sementara Wakil Gubernur Sumut, Musa Rajekshah, meminta Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat dan pihak swasta mendorong para petani di Pakpak Bharat untuk membudidayakan Talas Beneng.
“Kalau tanaman ini bisa memberikan manfaat ekonomi untuk masyarakat, coba Pak Bupati diramaikan tanamannya, supaya masyarakat punya tambahan nilai dari lahan pertaniannya,” katanya. (sat)