Inspirasinews – Medan, Gubernur Sumatera Utara (Gubsu), Edy Rahmayadi, mengatakan pihaknya akan terus fokus pengembangan bidang pertanian, terutama hortikultura. Salah satunya, dengan cara digitalisasi pertanian.
“Melalui digitalisasi pertanian, para petani juga akan lebih cepat tahu di mana hasil taninya dihargai lebih, itu yang kita inginkan agar petani kita bisa lebih sejahtera,” kata Gubsu dalam Rapat Koordinasi TPID se-Sumut di Aula Tengku Rizal Nurdin, Rumah Dinas Gubernur Sumut, Senin (28/6/2021).
Gubsu mengaku, optimis perekonomian Sumatera Utara akan semakin baik, melihat dari adanya perbaikan dari meningkatnya permintaan maupun penawaran.
Sebelumnya Kepala Perwakilan BI Wilayah Sumut, Soekowardojo, menyampaikan perekonomian Triwulan (Tw) II 2021 akan lebih tinggi dari Tw I 2021. Pemulihan ekonomi Sumut sebenarnya sudah terlihat pada Tw I 2021. Pada periode ini tercatat pertumbuhan ekonomi sebesar -1,85% (yoy), lebih baik dibandingkan tw sebelumnya yang sebesar -2,94% (yoy).
Perbaikan terlihat di sisi ekspor, karena didorong permintaan mitra dagang dan juga peningkatan harga komoditas. Hal ini terkonfirmasi dari purchasing managers’ index (PMI) di Amerika Serikat, Singapura, Zona Eropa dan Jepang. BI memprediksikan Tw II 2021 pertumbuhan ekonomi Sumut akan menyentuh zona positif.
“Terus membaik, seluruh komponen utama permintaan dan penawaran membaik. Tiongkok jelang Hari Raya Imlek meningkatkan permintaan CPO (crude palm oil), pertanian beberapa komoditas utama memasuki musim panen, hanya saja sektor perdagangan domestik masih kontraksi karena adanya PPKM Mikro sepanjang triwulan I 2021,” kata Soekowardojo.
Di tahun 2021 inflasi Sumut diperkirakan akan meningkat seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian. Walau begitu, inflasi Sumut diproyeksikan masih di rentang sasaran nasional yaitu 3%±1%. “Setelah implementasi vaksin, mobilitas masyarakat akan meningkat, perekonomian akan berjalan lebih baik, aktivitas dunia usaha kembali pulih, pembukaan lapangan kerja, pekerjaan proyek infrastruktur kembali meningkat,” tambah Soekowardojo.
Sedangkan Asisten Deputi Moneter dan Sektor Eksternal Kemenko Bidang Perekonomian, Ferry Irawan, mengatakan pangan yang harganya bergejolak (volatile food) mempengaruhi inflasi di Sumut, terutama cabai merah. Menurut Irawan, sangat penting menjaga ketersediaan dan stabilitas harga cabai merah.
“Secara historis, cabai merah penyumbang inflasi/deflasi utama, penting kita perhatikan daerah utama penghasilnya seperti Batubara, Karo, Simalungun, Dairi, dan Langkat, agar menjaga kesinambungan pasokan. Selain itu, daging ayam ras, minyak goreng dan ikan juga penyumbang inflasi/deflasi,” kata Irawan. (insp01)