Inspirasinews – Jakarta, Diare bisa menyerang siapa saja, termasuk anak bayi dan balita. Anda sebagai orangtua pastinya cemas dan khawatir melihat si kecil rewel karena BAB-nya encer terus. Jangan panik dulu. Simak di sini semua informasi penting tentang diare pada anak, dari penyebab, gejala yang harus diwaspadai, hingga cara mengobati dan mencegahnya.
Apa penyebab diare pada anak?
Banyak hal yang mungkin jadi penyebab anak kena diare. Umumnya karena kebiasaan dan gaya hidup anak di rumah. Apa saja?
1. Infeksi
Anak-anak, terutama bayi, paling sering terkena diare akibat infeksi virus, bakteri, dan parasit. Virus yang bisa membuat anak diare umumnya jenis rotavirus. Sementara bakteri yang bisa menyebabkan diare adalah Campylobacter, Salmonella, Shigella, E. coli. Parasit yang bernama Giardiasis juga dapat menginfeksi tubuh anak sampai membuatnya buang-buang air.
Ada banyak jalur penularan infeksi penyebab diare pada anak, baik secara langsung dan tidak langsung. Namun, jalur masuknya kuman penyebab diare adalah lewat mulut. Ini karena anak kecil dan balita suka dan sering memasukkan apa pun ke dalam mulutnya tanpa pikir panjang.
Kuman penyebab diare mungkin masuk ketika anak makan dengan tangan yang kotor, mengisap jempol, menggigiti kuku, atau memasukkan tangan ke dalam mulutnya tanpa cuci tangan terlebih dahulu. Anak juga mungkin mengemut atau memasukkan mainan yang kotor ke dalam mulutnya. Mainan anak dapat terkontaminasi oleh virus dan bakteri jika tidak sering dibersihkan.
Selain itu, refleks anak yang suka memegang popok kotor atau dudukan toilet saat di kamar mandi juga dapat menjadi penyebabnya.
Risiko masuknya kuman penyebab diare juga mungkin terjadi saat ibu atau pengasuh menyuapi si kecil dengan tangan, tapi tidak cuci tangan dulu.
2. Keracunan makanan
Beberapa kasus diare pada anak dapat disebabkan oleh keracunan makanan. Diare si kecil kemungkinan disebabkan oleh masalah ini jika dibarengi juga dengan muntah-muntah dalam beberapa jam setelah makan.
Anak dapat keracunan makanan apabila makanan tersebut sudah terkontaminasi oleh kuman seperti Salmonella dan E. coli.
Diare anak yang diakibatkan keracunan makanan biasanya dapat mereda sendiri dalam waktu kurang dari 24 jam.
3. Mengonsumsi obat-obatan tertentu
Obat antibiotik dan obat pencahar dapat menyebabkan diare pada anak. Ada penelitian yang menyatakan bahwa cara minum antibiotik yang keliru dapat menghilangkan koloni bakteri baik di usus.
Jika antibiotik adalah penyebab diare pada anak Anda, pastikan segera hubungi dokter anak. Jangan langsung hentikan atau kurangi dosisnya sendiri. Dokter dapat mengurangi dosis, mengubah resep obat antibiotik anak, atau mengganti dengan antibiotik lain.
4. Alergi makanan
Gejala diare dan muntah pada anak bisa disebabkan karena ia alergi makanan. Ada banyak jenis makanan yang berisiko menyebabkan alergi. Namun, makanan berikut adalah yang paling sering menyebabkan reaksi alergi pada anak:
- Produk susu (termasuk susu, keju, butter, krim susu, dan es krim)
- Telur
- Kacang-kacangan
- Kedelai
- Gandum
Pada anak bayi yang masih menyusu, ia dapat mengalami alergi dari makanan yang ibunya konsumsi. Protein dari makanan yang ibu makan akan terserap ke dalam ASI dan masuk ke dalam tubuh bayi.
5. Kondisi kesehatan tertentu
Beberapa gangguan pencernaan seperti IBS atau irritable bowel syndrome, penyakit Crohn, dan penyakit Celiac juga dapat menjadi penyebab anak mengalami diare.
Periksa dan konsultasi ke dokter mengenai kondisi kesehatan lain yang mungkin menyebabkan diare pada anak.
Apa saja gejala diare pada anak?
Gejala diare pada anak kecil umumnya terlihat dari frekuensi BAB yang lebih sering dengan tekstur feses lembek atau cair.
Penting juga bagi orangtua untuk memerhatikan gejala lain yang menyertai diare:
- Anak mengeluh kram atau sakit pada perutnya
- Perut anak kembung
- Anak mengeluh mual dan ingin muntah
- Anak sering kebelet buang air besar
- Suhu tubuhnya meningkat alias demam
- Wajah anak terlihat lesu dan lelah
- Nafsu makan anak berkurang
Namun, gejala diare pada bayi berbeda dari anak usia balita ke atas. Berikut adalah gejala diare pada bayi yang harus orangtua tahu:
- Kencing lebih jarang, bisa dilihat dari popok yang jarang basah
- Bayi rewel dan nangis terus; tapi tidak keluar air mata sewaktu menangis
- Mulut bayi kering
- Bayi terus mengantuk dan lesu
- Kulit bayi tidak kenyal atau elastis seperti biasanya
Mengenali gejala dehidrasi pada anak yang diare
Orang dewasa yang sedang diare rentan terkena dehidrasi. Apalagi anak-anak. Dehidrasi disebabkan oleh cairan tubuh yang ikut hilang setiap kali anak BAB dan juga saat muntah.
Mengutip laman Kementerian Kesehatan RI, orangtua wajib bisa mengenali tanda-tanda dehidrasi pada anak yang sedang diare dengan melihat gambar dibawah ini:
1. Gejala diare tanpa dehidrasi
Anak yang diare belum sampai tahap dehidrasi jika dirinya masih terlihat aktif, riang, dan ceria meski terus bolak-balik BAB. Si kecil juga belum menunjukkan dehidrasi apabila ia masih minta minum putih seperti biasa, dan matanya tidak cekung (celong).
Tanda-tanda tersebut menandakan si kecil kehilangan cairan sekitar 5% dari berat badannya, tapi ini masih terhitung normal.
2. Gejala diare dengan dehidrasi ringan
Saat diare sudah menyebabkan gejala dehidrasi ringan pada anak, ia terlihat lebih rewel dari biasanya, matanya sedikit celong, juga terus-terusan minta minum karena kehausan terus.
Tanda anak sudah kena dehidrasi ringan juga dapat dilihat dan dirasa dari kulitnya. Caranya, cubit lebar kulit perut anak dan tahan 30 detik. Cubit pelan saja. Perhatikan waktunya saat Anda melepas cubitan tersebut.
Jika kulit cepat membal kembali dalam 1 detik, turgor anak masih baik. Sedangkan jika kembali dalam 2-5 detik, turgor kulit anak agak kurang. Turgor adalah penilaian derajat dehidrasi dari seberapa baik elastisitas atau kekenyalan kulit anak.
Gejala-gejala ini menandakan si kecil sudah kehilangan cairan 5-10% dari berat badannya.
3. Gejala diare sampai dehidrasi berat
Anak yang sehidrasi sampai kena dehidrasi berat akan terlihat lesu dan lunglai, juga malas minum. Matanya juga sangat cekung.
Tes juga kulit anak dengan mencubit perutnya perlahan dan lepas setelah 30 detik. Bila kulit kembali ke kondisi normal dalam 5-10 detik, turgor kurang dan bila lebih 10 detik artinya turgor sudah jelek.
Berbagai tanda ini menandakan tubuh anak kehilangan cairan lebih dari 10% dari berat badannya.
Bagaimana cara mengatasi diare pada anak?
Diare pada anak umumnya bisa sembuh sendiri dalam 1 sampai 2 hari. Namun ada beberapa cara yang dapat orangtua lakukan untuk mengatasi diare anak:
- Bila anak masih menyusu ASI, lebih seringlah menyusui dari biasanya untuk mengganti cairan tubuh anak yang hilang.
- Bila anak sudah bisa minum selain ASI, berikan minuman elektrolit. Bisa juga memberikan anak larutan oralit yang dibeli di apotek. Air putih saja tidak cukup untuk menggantikan mineral natrium, kalium, dan nutrisi lain yang hilang.
- Memberikan obat zinc yang bisa dibeli di apotek. Ini berguna untuk mengurangi keparahan diare dan mencegah agar diare tidak kambuh beberapa bulan ke depan.
- Berikan anak makanan berkuah seperti sop ayam hangat atau jus buah
Anak atau bayi yang diare sampai mengalami dehidrasi parah harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan cairan infus langsung ke pembuluh darahnya.
Pilihan makanan saat anak diare
- Untuk bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan bisa diberikan ASI lebih sering dan lebih lama dari biasanya. Jangan berikan makanan atau minuman lain selain ASI.
- Untuk bayi berusia 6 bulan ke atas juga masih terus diberikan ASI dan makanan pendamping yang sudah dihaluskan seperti bubur pisang.
- Untuk balita usia 1 tahun juga dapat diberikan ASI terus menerus dibarengi dengan MPASI dengan campuran telur, ayam, ikan, dan wortel
- Untuk balita usia 1 sampai 2 tahun disarankan untuk terus diberi ASI,dan makan makanan seperti sop ayam hangat. Jangan berikan makanan berminyak.
- Untuk balita umur 2 tahun ke atas, berikan makanan yang umum seperti nasi, pisang, roti, kentang, dan yoghurt 1 sampai 3 kali sehari
Ibu yang sedang menyusui mungkin juga perlu menyesuaikan asupan makan mereka sendiri untuk menghindari makanan yang bisa memicu diare pada bayi mereka. Antara lain hindari dulu makanan yang pedas, asam, dan berminyak.
Bagaimana cara mencegah diare pada anak?
Risiko diare pada anak bisa dicegah dengan beberapa cara berikut ini:
1. Biasakan anak cuci tangan
Pastikan anak-anak mencuci tangan yang bersih, terutama setelah dari toilet dan sebelum makan. Mencuci tangan adalah cara terbaik untuk mencegah infeksi diare yang menular dari orang ke orang.
Penting juga bagi orangtua, anggota keluarga lainnya, serta pengasuh untuk selalu mencuci tangan dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar anak.
Bayi atau balita sering memasukkan benda asing dan tangan ke dalam mulutnya. Benda apa pun yang kotor dan masuk ke dalam mulut anak dapat memindahkan kuman ke dalam tubuhnya.
2. Jaga kebersihan kamar mandi, wastafel, dan toilet
Selalu bersihkan permukaan toilet, wastafel, dan kran wastafel secara rutin. Umumnya anak-anak sering menyentuh bagian tersebut saat di kamar mandi.
Jangan lup juga untuk rutin membersihkan mainan dan mencuci boneka yang sering anak ajak bermain, terutama jika sampai dibawa-bawa keluar rumah.
3. Cuci buah dan sayuran sebelum diolah
Selalu cuci semua sayur dan buah sampai bersih menggunakan sabun khusus makanan. Beberapa buah dan sayuran mentah mengandung parasit dan bakteri yang bisa menyebabkan infeksi diare pada anak.
Tidak lupa juga, selalu bersihkan dapur dan peralatan memasak dengan sabun. Terutama sehabis memotong daging hewan mentah.
4. Masak makanan sampai matang
Saat hendak menyajikan makanan untuk anak, pastikan semua bahannya sudah dimasak hingga matang sempurna. Terutama daging sapi, ayam, dan ikan.
Ciri-ciri daging sapi yang sudah matang dilihat dari warnanya coklat merata, tidak ada bagian daging yang berwarna merah muda. Daging ayam atau ikan yang sudah matang sempurna biasanya berwarna putih merata.
Selalu simpan persediaan daging mentah di freezer kulkas.
5. Jangan berikan anak air minum yang tidak steril
Selalu berikan anak air minum yang terjamin bersih. Jangan berikan air minum langsung dari mata air, sungai, air kran, dan sumber lain yang belum tentu terjamin kebersihannya.
Jika sedang bepergian, selalu siap sedia air minum kemasan atau air putih dalam botol untuk mencegah risiko diare pada anak akibat air minum terkontaminasi. (Insp01/hel)